Salam Sada Roha

Welcome To Freedom Area *Human Love Human*

Senin, 22 Oktober 2012

Ciptakan Damai di Tanah Papua (Opini Medan Bisnis)


Oleh : Eka Azwin Lubis
"Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua...". Sepenggal lirik lagu tersebut menggambarkan pada kita semua bagaimana ciri khas fisik yang dimiliki oleh saudara-saudara kita di ujung timur Indonesia.
Memang fisik saudara-saudara kita di Papua sana sedikit berbeda dengan fisik rakyat Indonesia kebanyakan. Namun hal itulah yang menjadi warna betapa besarnya bangsa Indonesia. Sebab bangsa ini tidak hanya memiliki penghuni dengan beragam suku bangsa dan agama, namun juga warna kulit yang semua itu tetap bisa dipersatukan ke dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Banyak cerita menarik dan fakta unik yang dimiliki oleh saudara-saudara di bumi cendrawasih tersebut. Mulai dari kekayaan alamnya, limpahan hasil laut yang luar biasa, hingga sumber-sumber daya manusianya yang selalu memberi warna dan menambah semangat apabila ada suatu kompetisi baik itu di bidang olah raga maupun ilmu pengetahuan yang membawa nama Indonesia.
Jika ada kejuaraan sepakbola antar negara, pemuda-pemuda Papua selalu menjadi bagian dari tim nasional Indonesia. Sebab pemain-pemain yang akrab dijuluki mutiara hitam itu memang memiliki fisik dan skil individu yang di atas rata-rata dibanding dengan pemain lainnya.
Sehingga apabila pada satu kejuaraan internasional, Timnas kita tidak diperkuat oleh pemain-pemain asal Papua, maka niscaya hasil yang didapat juga jauh dari harapan. Tidak ada hal yang bisa dilepaskan dari kontribusi saudara-saudara di Papua dalam memajukan negara ini. Karena mereka merupakan bagian dari bangsa ini sampai kapanpun.
Namun tanah elok nan religius itu kini berkecambuk lagi. Suasana mencekam penuh ketakutan menghantui hari-hari rakyat Papua semenjak bergejolaknya kerusuhan yang terjadi lagi di negeri mutiara hitam menyusul penembakan-penembakan misterius, pembakaran rumah dan mobil-mobil milik aparat kepolisian yang diduga dilakukan oleh orang yang kecewa terhadap pemerintah Indonesia yang mengabaikan hak-hak dari rakyat Papua dimana banyak rakyat miskin di Papua yang tidak sekolah, kelaparan, dan hak-hak kemanusiaannya seolah dikesampingkan oleh pihak-pihak yang selama ini hanya memanfaatkan hasil bumi dari tanah Papua yang memang diakui sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai ladang tambang.
Pemerintah selama ini terkesan hanya mementingkan kemauan dari investor-investor terutama asing untuk terus menggali kekayaan dari hasil bumi Papua tanpa memperhatikan nasib rakyat Papua yang sangat jauh dari kesejahteraan. Kemiskinan dan kebodohan yang selama ini melekat dengan kehidupan rakyat Papua seakan tidak pernah terjamah oleh mata para penguasa negeri ini maupun para investor yang mencari nafkah di sana. Yang ada dalam benak mereka adalah bagaimana terus memperkaya diri dengan mengeruk keuntungan dari hasil bumi di Papua tanpa memikirkan nasib penghuninya.
Kita tentu akrab dengan nama PT Freeport, perusahaan tambang milik Amerika Serikat itu merupakan perusahaan yang menggali gunungan emas yang ada di Papua sejak zaman orde baru. Gunungan emas yang saat ini mulai menjadi cekungan kawah namun tetap memiliki kandungan emas, masih terus dimanfaatkan oleh perusahaan tersebut untuk dijadikan lumbung penghasil emas.
Kekayaan tanah Papua ini memang bukan rahasia umum lagi. Begitu potensialnya alam dari provinsi yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugeini tersebut. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kekayaan hasil tambangnya selalu dimanfaatkan oleh investor asing yang kemudian dijadikan oleh negara untuk mendongkrak income kas negara.
Selain tambang, papua juga menyimpan berjuta kekayaan alam yang lainnya. Mulai dari flora dan fauna yang selalu memiliki kekhasan yang berbeda dengan daerah lainnya di nusantara, hasil pertaniannya yang melimpah, hingga biota bawah laut yang luar biasa kaya.
Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah dengan terumbu karang terluas di dunia. Eksotisme alam bawah lautnya menyajikan keindahan yang dianggap wisatawan asing sebagai surganya alam bawah laut. Berjuta biota laut terdapat di sana yang apabila dikelola dan mendapat perhatian dengan baik maka akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat raja ampat karena daerah tersebut akan menjadi tujuan objek wisata kelas dunia.
Unik memang manakala potensial alam tersebut justru lebih mendapat perhatian dari pihak-pihak asing yang begitu mengagungkan kekayaan alam Papua. Namun di saat yang sama pemerintah yang harusnya memiliki tanggung jawab akan hal itu justru terkesan tak acuh dengan apa yang menjadi nilai jual dari bangsa ini yang pastiya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua.
Suka atau tidak suka, kita harus jujur mengakui bahwa pemerintah Indonesia seolah memandang sebelah mata terhadap hak-hak rakyat Papua. Bahkan mereka terkesan dikesampingkan dibandingkan daerah lainnya. Sehingga wajar apabila rakyat Papua meminta perlakuan khusus kepada pemerintah berupa menjadi daerah yang mendapat predikat Daerah Otonomi Khusus demi menyeimbangkan diri terhadap daerah-daerah lain di Indonesia.
Namun sekali  lagi das sollen but das sein ( harapan dan kenyataan ) tidak berjalan secara seimbang. Sebab realita yang terjadi justru berkata lain. Diskriminsai berulang kali terjadi di Papua, hak-hak mereka terabaikan. Bahkan pembangunan tidak merata di semua sektor kehidupan. Praktis hanya Ibukota Jayapura dan beberapa daerah saja seperti Marauke dan Manokwari yang mendapat sedikit kemajuan.
Sedangkan daerah lain yang letaknya secara geografis jauh dari kota seolah tidak terjamah oleh mata para penguasa negeri. Sebut saja daerah seperti Wamena dan Raja Ampat yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini, kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Jangankan pusat perbelanjaan yang modern seperti di ibukota, angkutan umum saja sangat sulit dijumpai di daerah tersebut.
Keadaan seperti inilah yang memicu munculnya kelompok separatis yang berniat memisahkan diri dengan Indonesia. Jika kita adil dalam berfikir, kelompok tersebut tidak akan berniat memerdekakan diri apabila kesehateraan hidup mereka memang dijamin oleh pemerintah.
Mereka memberontak karena mereka merasa kekayaan alam yang daerah mereka miliki sangat tidak sesuai dengan keadaan ekonomi yang mereka jalani. Sehingga hal yang wajar apabila mereka ingin memisahkan diri dari belenggu penindasan meskipun hal tersebut tidak akan pernah terjadi.
Pemerintah harusnya sadar, hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan konflik di Papua yakni dengan cara memberikan perhatian yang sesuai dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan.
Jangan ada lagi diskriminasi terhadap saudara-saudara di Papua apa lagi sampai mengebiri hak-hak mereka. Apabila penyelesaian konflik di Papua dengan cara kekerasan, maka hal itu merupakan satu tindakan keliru.
Sebab hanya satu hal yang mereka tuntut yakni keadilan. Namun apabila keadilan yang mereka tuntut dijawab dengan kekerasan, maka konflik horizontal yang tak berkesudahanlah yang akan terus terjadi.
Pemerintah harusnya cerdas dalam menyikapi hal ini. Pendekatan terhadap kepala-kepala adat atau suku merupakan jalan paling efektif untuk menciptakan damai di Papua. Karena sesungguhnya rakyat Papua juga cinta dialog layaknya bangsa Indonesia pada umumnya.
Hilangkan diskriminasi, berikan apa-apa yang menjadi hak rakyat Papua, hentikan eksploitasi alam secara global, maka hal itulah yang akan membuat tanah cendrawasih kembali damai.


Penulis adalah mahasiswa PKn Unimed dan Staf Pusham Unimed
Sumber : Medan Bisnis, 23 Oktober 2012

0 comments:

Posting Komentar