Salam Sada Roha

Welcome To Freedom Area *Human Love Human*

Story of MALANG

Kongres Himnas PKn 2011.

Story of Bandung

Kongres Himnas PKn 2012.

Story of Pandeglang

LK II HMI Cab. Pandeglang.

Aksi Kamisan

SeHAMA Angkatan IV 2012.

Debat Dengan Raja Minyak

Arya Duta Hotel - Medan 2011.

Kamis, 04 April 2013

Kekerasan Bukan Budaya Kita (Poros Mahasiswa Sindo)

Oleh : Eka Azwin Lubis


Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, namun apakah tindak kekerasan merupakan bagian dari budaya bangsa ini. Pertanyaan ringan ini mungkin mudah untuk dijawab, namun pada tahap implementasi, pertanyaan tersebut masih mengalami debatebel antara teori dan aplikasi dalam dinamika kehidupan bangsa.
Bukan sesuatu yang berlebihan apabila kita mempersoalkan pernyataan diatas. Dalam beberapa pekan terakhir, beruntun kasus kekerasan mewarnai perjalanan bangsa yang di bangun atas nama toleransi dalam keberagaman ini. Kasus penyerangan lapas di cebongan oleh sekelompok orang tidak dikenal yang mengakibatkan tewasnya empat orang tahanan, sontak menjadi berita hangat, tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.  Hingga kini motif pelaku penyerangan masih semu dan terus diselidiki oleh aparat penegak hukum.
Belum lagi kasus penyerangan lapas cebongan berhasil diungkap, tragedi kekerasan kembali terjadi di tanah air. Konflik agraria yang terjadi di kabupaten padang lawas, sumatera utara, berakhir dengan penembakan beberapa orang masyarakat oleh aparat kepolisian. Masalah berawal saat masyarakat bersengketa tanah dengan sesama masyarakat.
Masyarakat yang merasa haknya dirampas oleh lawan sengketa mereka, melakukan unjuk rasa di kantor polsek barumun, padang lawas. Karena tidak menemui kesepakatan, aksi saling dorong antara masyarakat dan polisi pun tidak dapat dihindari dan membuat polisi berinisiatif untuk melepaskan beberapa tembakan dan mengakibatkan beberapa warga cidera.
Belum genap satu minggu kasus ini terjadi, tindak kekerasan kembali terulang di sumatera utara. Kali ini yang menjadi korban justru kapolsek dolok pardamean kabupaten simalungun, AKP. Andar Siahaan. Beliau yang saat itu melakukan penggrebekan rumah bandar judi togel bersama tiga orang anggotanya, justru diteriaki maling oleh istri bandar togel tersebut.
Masyarakat sekitar yang mendengar teriakan istri tersangka, seketika mendatangi korban dengan membawa berbagai senjata. Andar yang ingin permasalahan tersebut diselesaikan dengan dialog agar tidak terjadi kesalahpahaman antara polisi dan masyarakat, justru diserang secara membabi buta oleh masyarakat yang mengakibatkan dirinya meninggal ditempat dengan kondisi yang mengenaskan.
Begitu rancuhkan pemahaman bangsa ini terhadap nilai kamanusiaan sehingga sangat mudah untuk terpancing isu profokatif yang mendorong mereka untuk melakukan tindak kekerasan. Semua pihak harus segera mengintrospeksi diri terkait berbagai kasus kekerasan yang belakangan sangat merejalela di negara ini.
Jangan jadikan polisi sebagai residu dalam berbagai permasalahan yang ada di masyarakat, dan jangan jadikan masyarakat sebagai korban kepentingan penguasa dalam menutupi bobroknya kinerja mereka dengan menciptakan berbagai propaganda yang akhirnya memancing naluri masyarakat untuk bertindak sesuaka hatinya.
Satu hal yang harus kita pahami bahwa bangsa ini adalah bangsa yang majemuk dan harus komitmen untuk mengedepankan sikap toleransi untuk merawat kerukunan antar sesama anak negeri. Jika kita sadari bahwa kekerasan yang senantiasa akrab dilakukan untuk menjawab permasalah yang dialami, kerap kali menimbulkan permasalahan baru dan tidak mengurangi masalah yang ada sebelumnya. Indonesia harus tetap komitmen dengan budaya dialog, bukan budaya kekerasan.