Isu kebrutalan geng motor kembali merebak dan
mengganggu kenyamanan dan keamanan
masyarakat di beberapa kota di Indonesia. Ulah dan tindakan mereka semakin
anarkis dan sangat meresahkan masyarakat. Mereka umumnya melakukan aksinya pada
malam dini hari disaat kebanyakan orang sudah tertidur lelap sehingga tidak banyak
yang mengetahui ulah mereka dalam menjalankan aksinya untuk merusak fasilitas
umum, bertindak ugal-ugalan dalam mengendarai sepeda motor, bahkan menyerang
orang lain yang sedang berada disekitar mereka.
Kejadian-kejadian
seperti itu acap kali terjadi dibeberapa kota di Indonesia karena selama ini
belum ada tindak tegas yang diberikan pemerintah khususnya pihak kepolisian
atas ulah brutal mereka. Di Jakarta, kebrutalan geng motor sering
mengakibatkan nyawa orang lain melayang. Tidak jelas apa maksud dari tindakan
brutal yang dilakukan oleh komplotan geng motor yang berujung pada melayangnya
nyawa orang lain tersebut.
Pihak kepolisian sendiri saat ini belum bisa
memastikan apa motif yang mendasari tindakan geng motor tersebut dan apa tujuan
yang ingin mereka capai dengan cara menggangu kenyamanan dan keamanan orang
lain tersebut. Kawasan ibukota yang harusnya merupakan wilayah yang menerapkan
penjagaan ekstra ketat untuk menciptakan keamanan dan kondusifitas daerah yang
merupakan sentral negara tersebut, seolah kecolongan dengan terjadinya beberapa
tindak anarkis yang dilakukan oleh awak geng motor.
Geng motor
di Jakarta menurut budayawan Arswendo Atmowiloto, biasanya dihuni oleh anak
remaja yang umumnya berusia belia dan senantiasa melakukan kegiatan rutin untuk
kumpul-kumpul disatu tempat yang mereka jadikan markas, seperti wilayah
Matraman dan kawasan Pondok Indah. Meraka biasanya beroperasi saat malam mulai
larut karena disaat-saat seperti itulah fokus masyarakat akan dunia luar mulai
berkurang karena kebanyakan telah beristirahat.
Diawali
oleh balapan-balapan liar yang dilakukan oleh sesama anggota geng motor,
kemudian setelah itu mereka sama-sama bergerak menyusuri jalanan ibukota untuk
menebar ancaman kepada setiap orang yang ada disekitar area yang mereka
lintasi. Apabila ada orang yang kurang senang dan memberi respon berupa teguran
terhadap ulah mereka yang ugal-ugalan dan dikhawatirkan akan menggangu keamanan
orang lain, mereka tidak segan-segan untuk menganiaya orang tersebut hingga
babak belur bahkan tewas.
Tidak hanya
diwilayah ibukota Jakarta saja ulah geng motor yang meresahkan warga terjadi. Di
Makassar, Sulawesi Selatan, gerombolan geng motor yang bertindak anarkis,
pernah mengakibatkan seorang Mahasiswa tewas. Ibrahim, yang merupakan Mahasiswa
Universitas Negeri Makassar jurusan olahraga, tewas dikeroyok anggota geng
motor sepulangnya dari manghadiri acara yang digelar oleh salah satu Ormas di
Makassar. Ia bersama rekan-rekannya yang juga merupakan anggota ormas tersebut
berpapasan dengan gerombolan geng motor yang sedang berkonvoi dan tiba-tiba
tanpa motif yang jelas kawanan geng motor yang jumlahnya puluhan tersebut
langsung menganiaya korban hingga tewas. Teman-teman korban yang melihat
kejadian tersebut langsung menyelamatkan diri karena jumlah antara mereka yang
tidak berimbang.
Sementara di Medan aksi brutal geng motor acap kali
terjadi dan kerap menghantui kenyamanan dan keamanan warga Medan. Anggota geng
motor di Medan umumnya dihuni oleh anak-anak yang usianya masih sangat muda dan
kebanyakan dari mereka masih berstatus sebagai pelajar. Mereka tergabung dalam
kelompok atau geng yang jumlahnya sangat banyak tersebut. Sama halnya seperti
di Jakarta dan Makassar, mereka biasanya melancarkan aksi terornya pada dini
hari untuk menyerang orang-orang yang ada disekitar mereka dan merusak
fasilitas umum yang ada termasuk pos jaga polisi.
Seperti
yang terjadi beberapa bulan silam disaat komplotan geng motor yang kebanyakan
merupakan anak dibawah umur merusak sekolah Panca Budi dikawasan jalan Gatot
Subroto Medan karena perselisihan yang terjadi antara siswa Panca Budi dengan
salah seorang anggota geng motor yang kemudian memanggil teman-temannya dan
langsung melempari sekolah tersebut hingga beberapak kaca sekolah pecah.
Meskipun
sudah beberapa orang anggota geng motor berhasil ditangkap pihak kepolisian,
namun hingga kini belum bisa keberadaan geng motor ini diberantas hingga
tuntas. Padahal jika ada keseriusan dari pihak yang berwajib untuk
memberantas tindakan anarkis ala geng motor ini, bukan hal yang sulit untuk
mengungkap dan memberantasnya.
Pemerintah Harus Tegas
Sungguh hal yang ironis melihat tindakan yang
ditimbulkan oleh kawanan geng motor yang senantiasa menimbulkan kecemasan dan
kekhawatiran kepada masyarakat. Motif yang tidak jelas tersebut membuat orang
terus dihantui kecemasan karena tidak ada ketetapan waktu dan tempat bagi
mereka untuk melakukan tindakan anarkis tersebut. Dimana dan kapan saja mereka
punya niat untuk menebar teror terserah pada kehendak hati mereka dan tidak ada
yang mengetahuinya kecuali geng mereka sendiri.
Pihak kepolisian agaknya harus bekerja lebih maksimal
dan serius dalam mengungkap motif teror yang ditimbulkan oleh kawanan geng
motor dan memberantas keberadaan geng jalanan ini. Tindakan tegas harus lebih
diterapkan kepada mereka yang tertangkap agar ada efek jera dan enggan untuk
mengulangi tindakan yang kebanyakan hanya berdasar pada hura-hura semata
tersebut.
Apalagi tersiar kabar yang menyatakan bahwa ada
oknum-oknum tertentu yang berada dibalik tindakan brutal geng motor ini.
Beberapa anggota geng motor diindikasi merupakan anak para pejabat negara
sehingga tidak ada sanksi tegas yang diberikan kepada mereka yang tertangkap
atau upaya optimal yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam mengungkap dan
memberantas keberadaan mereka.
Sikap
aparat kepolisian seperti inilah yang justru dikhawatirkan akan menimbulkan
kecemasan dan kekhawatiran akan ancaman yang ditimbulkan oleh geng motor kepada
masyarakat karena tidak ada tempat pengaduan yang bisa berbuat maksiamal untuk
melindungi keamanan masyarakat.
Seperti
yang terjadi di Jakarta, saat kawanan geng motor melancarkan aksi anarkisnya
dan menyerang orang yang ada disekitar mereka pada dini hari, beberapa warga
yang menyaksikan kejadian tersebut mencoba untuk melapor kepada aparat
kepolisian terdekat untuk mengamankan anggota geng motor yang semakin bertindak
brutal tersebut. Namun sial bagi warga karena pada saat itu tidak ada petugas
yang bersiaga dan dapat untuk dimintai pertolongan. Apakah ini merupakan
indikasi bahwa tidak adanya keseriusan oleh polisi untuk memberantas geng motor
yang bertindak anarkis ini. Padahal seharusnya mereka tetap bersiaga terutama
menyusul ancaman teror yang dilakukan oleh anggota geng motor beberapa hari
terakhir.
Padahal
apabila pemerintah dalam hal ini pihak kepolisian tidak serius untuk
memberantas keberadaan geng motor ini, maka sesungguhnya pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) telah dilakukan oleh pemerintah karena tidak mampu melindungi hak
masyarakat akan keamanan dan ketentraman dalam menjalankan kehidupannya. Sebab
hak atas keamanan sebagai warga masyarakat merupakan hak sipil yang dimiliki
oleh setiap orang dan harus dilindungi oleh negara seperti yang diatur dalam
pasal 8 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama
menjadi tanggung jawab Pemerintah. Sehingga apabila polisi yang merupakan alat
negara yang berfungsi untuk menciptakan keamanan bagi masyarakat tidak mampu
untuk menjalankan perannya untuk melindungi hak masyarakat tersebut, maka
negara telah melakukan pelanggaran HAM.
Dan jika
benar asumsi yang menyatakan bahwa ada oknum tertentu dan merupakan pejabat
negara yang berada dibalik perlindungan terhadap tindak anarkis oleh geng motor
hingga membuat polisi enggan untuk mengungkap kasusnya, maka semakin jelaslah
pelanggaran HAM telah terjadi dibalik tindakan brutal dan anarkis yang
dilakukan oleh geng motor.***
Penulis adalah Kabid PTKP HMI FIS dan Staf Pusham Unimed
Sumber : Analisa 7 September 2012
0 comments:
Posting Komentar