Oleh: Eka Azwin Lubis. Sejak duduk
di bangku sekolah dasar kita semua pasti sudah dikenalkan dengan
identitas bangsa mulai dari nama ibukota negara, nama-nama pahlawan, isi
dasar negara pancasila, arti semboyan bhineka tunggal ika, hingga lagu
Indonesia Raya yang menjadi lagu kebangsaan Indonesia agar terciptanya
nilai nasionalisme dalam jiwa seluruh rakyat Indonesia sejak belia.
Ada pepatah klasik yang menyatakan bahwa lancar kaji karena diulang,
agaknya hal tersebutlah yang menjadi pedoman guru-guru dan para orang
tua kita dahulu untuk menanamkan nilai nasionalisme kepada anaknya
sehingga kerap mengulang-ulang setiap apa yang berkaitan dengan
identitas bangsa agar tidak keliru apalagi lupa dalam penerapannya di
kehidupan sehari-hari.
Hal ini tentu wajar mengingat apa yang telah diperjuangkan oleh para
pahawan bangsa dalam merebut kemerdekaan dan menciptakan berbagai
simbol-simbol negara untuk menjadi pembeda antara Indonesia sebagai
negara yang majemuk namun tetap memiliki jati diri sebagai negara yang
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dengan negara lain di dunia,
sehingga apa yang telah mereka perjuangkan dan ciptakan harus terus
diamalkan oleh seluruh generasi penerus bangsa.
Namun ada satu hal yang unik terkait urgennya menghafal dan
menghayati berbagai identitas bangsa yang sarat akan pesan moral dan
makna tersebut karena di balik begitu gigihnya para guru kita dalam
mengajari setiap anak didiknya di sekolah dasar untuk menghafal semua
hal yang berkaitan dengan identitas bangsa seperti semboyan, dasar
negara, pembukaan undang-undang dasar, hingga lagu kebangsaan.Ternyata
hal tersebut terkesan menggelikan karena seorang Menteri di negara yang
besar ini justru tidak hafal dengan pasti lagu Indonesia raya yang
dahulu begitu dirindukan oleh seluruh pejuang bangsa untuk dapat
dikumandangkan sembari berkibarnya sang saka merah putih.
Fenomena konyol ini terjadi saat laga sepakbola Liga Super Indonesia
(LSI) antara Persib Bandung berhadapan dengan Persija Jakarta di stadion
Maguwoharjo, Sleman (28/8) kemarin.
Laga yang sarat kontroversi karena kerap memicu bentrokan antara
supporter kedua tim ini dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy
Suryo. Awalnya Roy Suryo hadir untuk mengundang terciptanya kedamaian
antara bobotoh dan the jak yang sudah lama menjadi musuh bebuyutan,
namun menjelang ditiupnya pluit kick off babak pertama dimulai, mantan
anggota DPR dari fraksi Partai Demokrat ini diminta oleh panitia
pelaksana pertandingan untuk memimpin lagu Indonesia raya.
Entah dengan dorongan semangat atau faktor keterpaksaan karena
kewajiban sebagai pejabat negara, Roy Suryo memenuhi permintaan tersebut
dan langsung memimpin semua orang yang ada di stadion termasuk pemain
kedua tim untuk menyanyikan lagu Indonesia raya. Sial bagi kita seluruh
rakyat Indonesia, ternyata seorang menteri yang berpredikat sebagai
pakar telematika tersebut tidak hafal secara utuh lagu Indonesia raya
yang kerap kita nyanyikan sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Tentu sesuatu yang miris sekaligus memalukan melihat hal ini dapat
terjadi, sebab jika kita menarik nalar kewajaran dimana setiap manusia
pasti memiliki kekhilafan yang barang kali menimpa roy suryo saat
memimpin lagu Indonesia raya kemarin, agaknya itu tidak bisa diterima
dengan rasional mengingat doktrin yang sudah kita semua terima sejak
kecil bahwa lagu kebangsaan harus dihafal mati dan kerap dikumandangkan
setiap kali ada upacara nasional.
Lebih dari itu, jika Roy Suryo memang seorang yang profesional, tentu
dia telah mempersiapkan secara matang segala hal agar tidak
mempermalukan dirinya dan seluruh bangsa Indonesia meskipun dengan waktu
yang relatif singkat.
Lalu apakah tidak adil jika kita mengambil kesimpulan dini bahwa
itulah bentuk anggap enteng seseorang terhadap suatu simbol negara yang
sejatinya begitu sakral karena penuh perjuangan dalam menciptakannya dan
menjadi wibawa tersendiri bagi bangsa Indonesia di mata dunia.
Patriotisme Semu
Kita selalu dituntut untuk memiliki jiwa patriot sebagai wujud
loyaitas kita terhadap negara ini dan sebagai upaya menimbulkan rasa
bela negara yang tidak boleh terkikis sampai kapanpun, namun para
petinggi negara yang konon selalu melekatkan dirinya sebagai sosok yang
mampu mengayomi dan memberi contoh kepada seluruh rakyat Indonesia yang
majemuk ini justru menyepelekan hal-hal penting seperti yang dilakukan
oleh Roy Suryo.
Sebelumnya kita juga pernah menyaksikan Megawati yang sedang
melakukan debat kandidat untuk menjadi presiden Indonesia tahun 2009
lalu yang salah menyebutkan letak teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan penuh keyakinan megawati memaparkan visi dan misinya
dalam memimpin negara ini jika terpilih menjadi presiden ke depannya.
Beliau menyatakan sebagai negara yang besar dan memiliki posisi yang
strategis karena diapit oleh dua samudera hindia dan pasifik serta dua
benua asia dan amerika, Indonesia dapat menjadi roda perekonomian dunia.
Tentu dengan seketika penjelasan megawati ini mengundang bahak tawa
dari semua orang yang menyaksikan acara tersebut karena dia yang punya
ambisi untuk memimpin negara ini justru tidak mengerti keadaan Indonesia
secara utuh, apalagi hal tersebut tergolong sangat sepele.
Banyak lagi hal-hal memalukan terkait tidak hafalnya para pejabat
negara dengan identitas bangsa. Setiap menjelang hari besar nasional
seperti sumpah pemuda, pasti akan ada tayangan yang memperlihatkan
wawancara kepada beberapa anggota DPR sembari mempertanyakan perihal isi
dari sumpah pemuda tersebut. Dengan suara lantang layaknya wakil rakyat
yang harus ditiru oleh rakyatnya, mereka menyebutkan satu persatu isi
sumpah pemuda secara berantakan yang tanpa disadari telah menelanjangi
harga dirinya sendiri karena mempertontonkan kebodohannya di mata
publik.
Semoga kita semua dapat belajar dari apa yang dilakukan oleh Roy
Suryo dan tokoh negara lain yang memiliki pengetahuan dangkal terkait
identitas bangsa bahwa menyepelekan suatu hal urgen akan memperlihatkan
kapasitasnya sebagai pejabat negara yang tidak pantas untuk menjadi
contoh apalagi teladan.***
Penulis adalah Staf Pusham Unimed dan Peserta PPL di SMP Karya Serdang Lubuk Pakam.
0 comments:
Posting Komentar